Selamat Datang

Selamat Datang di blog yang saya buat Mohon maaf bila banyak terdapat kekurangan

Rabu, 22 Desember 2010

Tak Mengeluh

Mengeluh, yah itulah ungkapan yang sering kita tuangkan saat musibah atau bencana menimpa diri kita. Tanpa kita sadari kita sering kali berkeluh kesah. Bahkan kita sering kali menyalahkan Tuhan. Mengapa Allah begitu tidak adil kepada kita, mengapa Allah memberikan ujian ini bertubi-tubi, musibah demi musibah silih berganti rasanya tidak pernah berhenti. Yah, itulah kita manusia yang selalu tidak pernah mensyukuri segala nikmatnya dan tidak pernah ingin mengambil pelajaran dari setiap ujian. Seandainya saja manusia mau berfikir bahwa begitu banyak hikmah dari setiap kejadian yang menimpa diri kita niscaya bertambahlah rasa syukur dan nikmat itu.



Tapi sudah menjadi sunnatullah bahwa manusia tidak akan pernah sanggup menghitung dan menjumlah nikmat yang Allah berikan. Al-Qur’an sendirilah yang menetapkannya. Wa in ta’uddu ni’matallahi la tuhshuha, dan jika kalian berusaha menghitung nikmat Allah, niscaya kalian tidak akan pernah sanggup menghitungnya. Yah, kita memang tidak akan pernah sanggup untuk menghitungnya karena terlalu banyak nikmat yang telah Allah berikan. Lalu mengapa kita masih berkeluh kesah, di jalan ini seharusnya tidak ada celah untuk mengeluh. Sebab di jalan kehidupan yang fana ini kita sesungguhnya hanya berpindah dari satu nikmat ke nikmat yang lain. Mungkin suatu waktu ada musibah yang singgah dalam hidup ini, tapi musibah itu toh tetap menyisakan nikmat.
Seperti yang pernah diungkapkan Syuraih al-Qadhy pada suatu ketika, “Sungguh ketika sebuah musibah menimpaku, aku selalu memuji Allah sebanyak empat kali:

Pertama, aku memuji-Nya karena musibah yang hadir tidaklah lebih besar dari itu. Kedua, aku memuji-Nya karena Ia telah menganugrahkan kesabaran padaku untuk menghadapinya. Ketiga, aku memuji-Nya karena Ia telah memberiku taufiq untuk mengembalikan semuanya pada-Nya dengan harapan pahala dari-Nya. Keempat, aku memuji-Nya karena musibah itu tidak menimpa dan mengahancurkan agamaku”Demikianlah katanya. Lalu apa yang kita katakan saat musibah menimpa kita?? Masihkah kita bersikap keluh kesah dan manyalahkan-Nya??

Suatu ketika seorang pria dating menemui Yunus ibn Ubaid. Ia mengeluh di depannya.

“Hidupku susah sekali…,” ujarnya. “Entah aku harus berbuat apa. Hidupku benar-banar susah. Dunia ini begitu sempit untukku. Ah, aku tak tahu harus berbuat apa…Duhai, mengapa ini semua terjadi padaku…,” begitulah ia seperti tidak akan berhenti menyampaikan semua keluhnya.

Yunus ibn Ubaid menarik nafas. Sangat dalam.
“Maafkan aku, saudaraku… Bolehkah aku bertanya padamu??” ujarnya. “Silahkan, Tuan…”
“Bagaimana jika kedua matamu itu diganti dengan 1000 dinar? Maukah engkau??” Tanya Yunus ibn Ubaid.
“Apa?? Tidak mungkin, Tuan. Bagaimana mungkin aku mengganti kedua mataku hanya dengan seribu dinar??!”
“Bagaimana dengan kedua telingamu??”. “Ah, mustahil Tuan. Bagaimana aku akan mendengar nanti??”. “Kalau begitu, lidahmu sajalah…”
“Tidak, Tuan. Apakah Anda ingin saya jadi bisu hanya karena 1000 dinar??!”

Begitulah Yunus ibn Ubaid terus mencecarnya dengan pertanyaan-pertanyaan semacam itu. Hingga akhirnya, Yunus ibn Ubaid mengatakan, “Lihatlah, saudaraku. Kulihat betapa banyaknya nikmat Allah padamu. Lalu mengapa engkau harus mengeluh hingga seolah-olah tidak ada lagi harapan untuk hidup??”
Pria itu tersipu. Lalu pamit meninggalkan Yunus ibn Ubaid.

Jadi selalulah meyakini bahwa setiap musibah sesungguhnya adalah sebuah anak tangga menuju kemuliaan di sisi Allah. Untuk sampai ke sana, tentu kita harus melewati anak tangga itu satu persatu. Apa yang dibutuhkan saat penitian itu? Kesabaran dan keyakinan. Zuhair ibn Nu’aim mengatakan, “Kemuliaan itu tak akan teraih kecuali dengan 2 hal: kesabaran dan keyakinan. Jika engkau hanya memiliki keyakinan tapi tanpa kesabaran, maka kemuliaan itu takkan pernah sempurna. Begitu pula jika engkau hanya menyimpan kesabaran tanpa keyakinan, itupun takkan menyempurnakan kemuliaan itu.”

Sahabat Abu al-Ad Darda’juga punya tamtsil yang cantik tentang itu. “Perumpamaan keyakinan dan kesabaran itu ibarat 2 orang petani yang menggali tanah. Jika salah satu dari mereka berhenti dan duduk, maka yang lain pun akan berhenti dan duduk beristirahat.”

Hmm, hingga di sini, menurut Anda, bila detik ini sebuah musibah hinggap dalam kehidupan Anda, apakah yang akan Anda lakukan? Inilah pilihan terbaiknya; hadapi dengan kesabaran dan yakinlah bahwa akan ada banyak hikmah dan karunia yang disembunyikan Allah di baliknya

Tidak ada komentar: